Namanya:
Abdullah bin Mughaffal bin Abdu Ghunmin atau Ibnu Nahmin bin Afif bin As-Ham bin Rabi'ah bin Azdar atau Ibnu 'Adi bin Tsa'labah bin Dzuaib atau Zuaid bin Sa'ad bin Ida bin Utsman bin 'Amr bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar Al-Bashri. Beliau terkenal dengan nama aslinya ini. 
Nama panggilannya ialah Abu Sa'ied atau Abu 'Abdirrahman atau Abu Ziad. Karena beliau memang mempunyai anak-anak yang bernama Sa'id, Abdurrahman,, Ziad, dll berjumlah tujuh orang. 

Kehidupannya:
Beliau termasuk golongan shahabat yang ikut melakukan Bai'atur-Ridhwan atau bai'atus-Syajarah yaitu sumpah setia yang dilakukan di bawah sebatang pohon pada satu tempat yang bernama Hudaibiah dalam tahun ke tujuh Hijriyyah. Beliau sendiri bercwerita tentang peristiwa yang sangat penting itu, "Aku termasuk di antara orang-orang di bawah mana Nabi saw mengambil bai'ah atau perjanjian sumpah setia dari para shahabat. 
Sejak itu beliau tidak pernah absen lagi dalam perjuangan menegakan dan meyebarkan ajaran agama Islam di mana-mana bersama-sama dengan Nabi saw hingga wafatnya, kecuali ghazwah Tabuk. 

Dalam persiapan untuk melakukan perang/ghazwah Tabuk yaitu suatu peperangan yang letak medan pertempurannya sangat jauh lagi pula dilakukan dalam musim panas yang sangat membakar, musim paceklik yang amat mencekik dan hampir pula dengan musim panen tanam tumbuhan yang menggairahkan, ternyata Abdullah bin Mughaffal ini semakin hari semakin tambah bingung dan bimbang. Lebih-lebih setelah hampir tibanya hari pemberangkatan. Sebab ia dalam usahanya untuk mendapatkan kendaraan dan ongkos tetap gagal tidak berhasil, mengingat jarak yang dituju dan telah ditetapkan itu sangat jauh. 

Tapi karena dorongan imannya yang sempurna dan keyakinan yang benar, ia berusaha terus dan tidak berputus asa. Dalam hati kecilnya hanya terguris harapan agar dapat mati syahid atau tersebarnya agama Islam di samping harapan terbesar ialah dapat tetap ikut berperang sabil bersama-sama dengan Rasulullah saw. 
Namun setipa usaha yang dicobanya tetap buntu dan tidak berhasil. Akhirnya ia mencoba memohon bantuan kepada Nabi saw sendiri untuk kalau-kalau dapat mengusahakan kendaraan. Tapi betapa kecewanya ketika mendengar jawaban beliau, "Aku juga tidak dapat mengusahakan kendaraan-kendaraan buat mengangkut kalian." Akhirnya ia hanya dapat melampiaskan kekesalan hatinya untuk mengadu halnya kepada Tuhannya dengan cara menangis. Ia pun menangis dan menangis. 

Alangkah sedih fikirnya ketika menyaksikan orang-orang dan teman-temannya yang mampu, berbaris dan bershaf-shaf, berderap-derap dengan langkah yang teratur mengikuti komando Nabi saw keluar menuju medan laga untuk fi sanilillah sedang ia sendiri tidak berkemampuan dan tidak mempunyai kendaraan. Ia sedih, karena harus tinggal dalam kota bersama-sama dengan orang-orang perempuan, anak-anak kecil yang belum memenuhi syarat untuk mengikuti perang sabil. Orang-orang tuna netra, orang-oarng sakit, dll. Tatkala lamunannya sampai ke situ, mengucurkan air matanya untuk kesekian kalinya. 

Untuk seketika sedihnya menjadi sirna waktu mendengar bunyi ayat yang baru diturunkan kepada Nabi saw, "Dan tiada (pula terkena dosa) atas orang-orang yang apabila datang kedapamu supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata, 'Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.' Maka mereka kemabali sedang air mata bercucuran karena kesedihan lantaran mereka tidak memperoleh apa yang mereka nafkahkan atau ongkos." (QS. At-Taubah:92) 
Untuk sementara ia senang karena ia termasuk di antara orang-orang yang dimaksud dalam ayat itu. Namun, ia tetap masih bersedih hati lantaran tidak dapat ikut bertempur dan tidak dapat mengikuti jejak Nabi saw yang sangat dicintainya itu. 

Dalam Zaman Khulafa' Rasyidin:
Demikian kehidupan Abdullah hingga wafatnya Nabi saw. Maka dalam masa Khulafah Abu bakar, ia tetap ikut dalam peperangan untuk menumpas kaum-kaum yang berkepala batu, murtad dan tidak mau mengeluarkan zakat. 
Dalam zaman khalifah-khalifah Umar dan Usman, juga ia tidak ketinggalan dalam usaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah timur tengah lainnya. 
Ketika daerah Iraq telah di Islam-kan khalifah Umar secara beruntun mengirimkan sepuluh orang Ahli Fiqih untuk mengajarkan agama di Bashrah. Maka terdapatlah di antara hadits-hadits yang diriwayatkannya terdapat perawi dari ulama'-ulama' Bashrah atau Kufah. 

Dalam perjuangannya yang gigih untuk memasukan Islam ke daerah Tustar, beliau berhasil sebagai orang yang pertama sekali memasuki pintu gerbang kota itu. 

Demikianlah satu demi satu negeri dan daerah protektorat Romawi di Timur Tengah jatuh ke tangan umat Islam, berkat usaha beliau dengan kawan-kawannya di bawah pimpinan panglima-panglima yang terkenal semisal Abu 'Ubaidah (Amir bin Jarrah, Khalid bin Walid, dll). 
Dalam masa khalifah Ali bin Abi Thalib, ia memilih tempat tinggal dan berhijrah ke Bashrah. Di sana ia memiliki sebuah rumah yang dibangunnya dekat masjid. Pada rumahnya dan di daerah itulah ia menghabiskan sisa-sisa hidupnya dengan giat mengajar dan beribadah lainnya hingga ia wafat dalam tahun 60 H atau tahun 59 pada masa akhir hidupnya khalifah Mu'awiah bin Abi Sufyan. 

Jenazah beliau untuk memenuhi washiatnya sendiri, telah disembahyangkan atasnya oleh shahabat Abu Barzah Al-Aslami ra. 

Riwayatnya:
Atas jasa-jasanya maka Allah SWT telah mengkaruniai beliau nama yang kekal abadi termaktub dalam kitab-kitab hadits sebagai sumber sejumlah 43 hadits. Bukhori dan Muslim bersepakat atas empat hadits daripadanya, sedangkan Bukhori sendiri saja hanya satu hadits dan Muslim sendiri juga satu Hadits. 
Di antara orang-orang atau ulama Tabi'in yang menerima hadits riwayat beliau ialah Hasan Al-Bashri, dll. 

Oleh : 
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 
 

Namanya:
Abdullah bin Malik bin Al-Qisybi Jundub bin Nadhlah bin Abdillah bin Nashr bin Al-Azd Al-Azdi. Nama panggilannya adalah Abu Muhammad. Namun beliau terkenal dengan nama aslinya di atas. 
Kehidupannya: Ayahnya Malik bin Al-Qisybi pernah melakukan sumpah setia dengan Mutthalib bin Abdi manaf dan beberapa lama kemudian ia kawin dengan Buhainah binti Al-Harts bin Abdil-Mutthalib. Dari perkawinan ini lahirlah Abdullah di atas. 
Beliau mendapat petunjuk daripada Allah SWT memeluk agama Islam sejak lama. Kemungkinan sekali beliau mengikuti terus perjuangan Nabi saw dalam mengembangkan agama Islam sejak hijrahnya. 

Ketika kewajiban shaum/puasa telah difardhukan beliau melaksanakannya dengan penuh kesungguhan sehingga menjadi suatu kebiasaannya. Demikianlah tatkala beliau mengetahui tentang shaumuddahri/puasa sepanjang tahun, ibadah itu tidak sulit dikerjakannya setiap hari sehingga wafatnya. 
Sayang sekali tidak dapat kita ketahui bagaimana perjuangan beliau setelah wafatnya Nabi saw. Hanya dapat diketahui bahwa beliau mempunyai sebuah rumah dan berdiam di tengah wadi Raim lebih kurang tiga puluh mil jauhnya dari kota Madinah. Karena itu kemungkinan besar disebabkan wara' dan taqwanya beliau mengasingkan diri sejak peristiwa pembunuhan khalifah Usman hingga wafatnya pada akhir masa khalifah Marwan. Malah Ibnu Zabr menyatakan tahun wafatnya ialah tahun 56 H. 

Riwayatnya:
Hadits-hadits riwayat beliau terdapat dalam Shahih Muslim sebagaimana terdapat dalam beberapa Sunan. Dalam Sunan diambil dari Riwayat Al-A'raj, Muhammad bin Yahya bin Hibban dan Hafash bin 'Ashim. 
Oleh : 
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 
 

Namanya
Abdullah bin Khubaib Al-Juhani, seoarng yang telah bersumpah setia dengan Al-Anshar. 
Kehidupanya
Tidak panjang riwayat hidupnya yang kita dapati. Hanyalah keternagan bahwa: 

· Beliau dengan bapaknya Khubaib kedua-duanya shahabat Nabi saw 
· Beliau dan orang tuanya termasuk dalam hitungan para shabat yang tinggal berdiam di Madinah. 
· Beliau meriwayatkan hadist dari Nabi saw, yakni dapat dicatat hanyalah tiga hadist saja. Diantaranya, "Rasulullah saw telah bersabda kepadaku, 'Bacalah Qul Huwallah Ahad dan dua Mu'awwidzatain ketika sore dan ketika pagi tiga kali. Suarh-surah ini akan melindungi engkau dari segala sesuatu.'" (HR. Abu Daud dan Turmudzi). 

· Yang mengambil riwayatnya hanyalah anaknya sendiri bernama Mu'adz. 

Oleh : 
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 
 

Pejuang putra pejuang 

Isu bahwa kaum muslimin tidak akan bisa melahirkan bayi karena telah diteluh oleh dukun-dukun Yahudi di Madinah, terjawab sudah. Seorang wanita mulia putri As Siddiq telah melahirkan kandungannya ketika beliau sedang hijrah dari Makkah ke Madinah menyusul teman-temannya seaqidah. Beliau tidak lain adalah Asma` binti Abi Bakar yang melahirkan bayi laki-laki-laki-laki di Quba` dan diberi nama Abdullah. Sebelum disusui Abdullah bin Zubeir dibawa menghadap Nabi SAW dan ditahniq dan didoa`kan oleh beliau. 

Abdullah yang memang lahir dari pasangan mujahid dan mujahidah ini berkembang menjadi seorang pemuda pewira yang perkasa. Keperwiraannya dimedan laga ia buktikan ketika bersama mujahid-mujahid lainnya menggempur Afrika membebaskan mereka dari kesesatan. Pada waktu mengikuti ekspedisi tersebut usianya baru berkisar 17 tahun. Namun begitulah kehebatan sistem tarbiyah Islamiyah yang bisa mencetak pemuda belia menjadi tokoh-tokoh pejuang dalam menegakkan Islam. 
Dalam peperangan tersebut jumlah personel diantara dua pasukan jauh tidak seimbang. Personel kaum muslimin hanya 120 ribu tentara sedangkan musuh berjumlah 120 ribu orang. Keadaan ini cukup membuat kaum muslimin kerepotan melawan gelombang musuh yang demikian banyak, walau hal itu tidak membuat mereka keder. Sebab bagi mereka perang adalah mencari kematian sedang ruhnya bisa membumbung menuju jannah sebagaimana yang telah dijanjikan Rabb mereka. 

Melihat kondisi yang kurang menguntungkan tersebut segera Abdullah memutar otak mencari rahasia kekuatan lawan. Akhirnya ia menemukan jawaban, bahwa inti kekuatan musuh bertumpu pada raja Barbar yang menjadi panglima perang mereka. Segera dan dengan penuh keberanian ia mencoba menembus pasukan musuh yang berlapis-lapis menuju kearah panglima Barbar. Upayanya tidak sia-sia, ketika jarak antara dirinya dengan raja Barbar telah dekat segera ia tebaskan pedang nya menghabisi nyawa panglima kaum musyrik tersebut. Panji pasukan lawan pun direbut oleh teman-temannya dari tangan musuh. Dan ternyata dugaan Abdullah tidak meleset, segera setelah itu semangat tempur pasukan musuh redup dan tak lama kemudian mereka bertekuk lutut dihadapan para mujahid yang gagah berani. 

Selain seorang jago perang, Abdullah juga seorang `abid yang penuh rasa khusuk dan ketawadhuan. Mujahis penah memberi kesaksian bahwa apabila Ibnu Zubeir sedang sholat, tubuhnya seperti batang pohon yang tak bergeming karena khusuknya dalam sholat. Bahkan Yahya bin Wahab juga bercerita bahwa apabila `Abdullah bin Zubeir ini sedang sujud, banyak burung-burung kecil bertengger dipunggung beliau karena mengira punggung tersebut adalah tembok yang kokoh. Tokoh yang tegas dalam kebenaran ini wafat pada usia 72 tahun terbunuh oleh tangan pendosa Hajjaj bin Yusuf. 

( dikembangkan dari Shifatu ash-Shofwah, juz 1,hal 344 ) 
Oleh : 
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 
 

Kehidupanya
Ibnu Abdil-Bar dalam Al-Isti'aab menyebut beberapa orang orang yang bernama Abdullah bin Qais, yaitu; 

1. Abdullah bin Qais bin Khalid bin Harts bin Sawad bin Malik bin Ghunm bin Malik bin Najjar. Beliau pernah ikut bertempur dalam ghazwah Badr dan gugur sebagai syahid dalam ghazwah Uhud. 

2. Abdullah bin Qais bin Shakhar bin Haram bin Rabi'ah bin 'Adi bin Ghunm bin Ka'ab bin Salamah Al-Anshari. Beliau ini juga pernah ikut dalam ghazwah badr dan juga dalam ghazwah Uhud. 

3. Abdullah bin Qais bin Zaidah bin Asham bin Harim bin Rawahah bin Hujr bin 'Abd bin Mu'aish bin 'Amir bin Luaiy Al-'Amiri yang lebih dikenal dengan nama panggilanya Ibnu Ummi Maktum. Tapi banyak pula orang menyebut namaya yang benar 'Amr Ibnu Ummi Maktum. 

4. Abdullah bin Qais Al-Khuza'i atau Al-Aslami. 

5. Abdullah bin Qais yang terkenal dengan nama panggilannya Abu Musa Al-Asy'ari. 

Sedang dalam Al-Ishaabah pada huruf 'ain tidak terdapat orang orang yang bernama Abdullah bin Qais. Nama-nama tersebut di atas didapat dari Shahih Muslim dalam bab shifat khemah-khemah syurga. 
Abdullah bin Qais yang manapun diantara yang ketiga di atas, semoga Allah SWT memperkenankan kepada kita dapat bergaul dan berkumpul dengan mereka itu dalam syurga kelak, amiin. 
Oleh : 
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 
 

Namanya
Abdullah Bin Busyr Al-Aslami, sedang nama panggilanya ialah Abu Shafwan atau Abu Busrin. 
Kehidupanya
Beliau termasuk orang-orang yang terdahulu masuk Islam, sebab beliau mengalami melakukan sembahyang kepada dua kiblat: mula pertama kiblat baitulmaqdis dan kedua barulah berkiblat ke Ka'bah di Mekah. 
Sudah tentu beliau dapat mengikuti jejak Rasulullah saw, kemanapun beliau berada, baik dalam kota maupun di luar kota, baik dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang. 

Beliau dikatakan oleh Hafizh Ibnu Hajar, "Adalah seorang shahabat kecil yakni masih kanak-kanak, ia dan orang tuanya adalah shahabat.
" Ibnu Atsir menerangkan bahwa beliau adalah shahabat Nabi saw begitu juga kedua ibu bapaknya, saudara laki-laki bernama Athiah dan saudara perempuannya bernama Suamma'. 
Beliau mempunyai semacam tahilalat besar pada bagian mukanya. Ia mendapat kehormatan dari Nabi saw dengan doa, ketika pada suatu hari Nabi saw meletakan tangannya yang mulia ke atas kepala Abdullah ini lalu mendoakannya, kemudian beliau bersabda, "Anak ini akan hidup (panjang usianya) sampai satu abad." Dan sambungnya lagi, "Ia tidak akan meninggal sehingga hilang terlebih dahulu tahilalat dari bagian mukanya." 

Demikianlah Abdullah bin Busr panjang usianya hingga mencapai seratus tahun. Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, "Hingga mencapai usia sembilan puluh empat tahun dan beliau meninggal pada tahun 88 H. Dan memang sebelum meninggalnya telah tidak kelihatan lagi tahilalat itu." 
Ada orang mengatakan bahwa beliau meninggal di Himsh dalam daerah siriya. Beliaulah shahabat yang terakhir wafat di negeri Himsh itu malah ia pula shahabat yang terakhir sekali meninggal dunia di daerah Syam/Siriya, pada tahun 96 H. 

Diantara hdist yang diriwayatkan beliau juga mengenai panjang umur, "Orang yang paling baik itu ialah orang yang panjang usianya dan baik pula amal kerjanya." Dan dalam hidupnya beliau telah pula berdaya upaya untuk dapat memenuhi maksud hadist yang diriwayatkannya itu. Memang Islam tersebar, dibela dan dimuliakan oleh para pemuda yang berbakat dan berakhlaq seperti beliau ini. 
Beliau wafat pada zaman khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, pada tahun 88 H atau 96 M. 

Riwayatnya
Riwayat hadist yang dikumpulkan orang-orang dari beliau ada sebanyak 50 hadist. Bukhori sendiri meriwayatkan satu hadist, begitu juga Muslim satu hadist. 
Oleh : 
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 
 

Namanya
Abdullah b. As-Saaib Shaifi b. Aidz b. Abdullah b. Amr b. Makhzum Al-Makhzumi. 
Nama Panggilanya ialah Abu Abdirrahmaan, namun beliau terkenal dengan nama aslinya. 
Kehidupanya
Abdullah b. As-Saaib pada akhir hayatnya berdiam di Mekah. Beliau termasuk shahabat yang hafal Al-Qur'an dan ahli baca Al-Quran terutama bagi kota Mekkah. Beliau diberi nama julukan "Qori' Mekkah." Beliau pernah juga belajar Al-Quran pada sahabat terkenal Ubai bin Ka'ab ra. 

Beliau ketika pembebasan kota mekkah (fat-hu Makkah) pernah dalam sholat berjamaah shubuh mendengar Nabi saw membaca surat Al-Mukminin (lihat Muslim). 
Beliau Pula yang meriwayatkan hadist yang menyatakan bahwa Nabi saw sering membaca doa, "Rabbana Atina fid-dunia hasanah dan seterusnya," di antara dua sudut Ka'bah, rukun Yamani dan rukun Hajar Aswad. 
Demikianlah beliau tinggal berdiam di Mekkah hingga menutup usianya pada masa Khalifah Abdullah bin Zubair ra. Ketika kuburan beliau telah selesai, Abdullah bin Abbas berdiri dekat kuburan itu sambil berdoa. 

Riwayatnya
Allah SWT menganugerahkan kepada beliau nama yang abadi yang termaktub dalam shahih Muslim satu hadist sedang linya terdapat dalam Sunan yang empat. Hingga hadist riwayat beliau semuanya berjumlah 7 (tujuh) hadist. 
Oleh : 
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 
 
Namanya Abdullah bin Hisyam bin Zuhrah bin Usman bin 'Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah At-Taimi Al-Qurasyiy. Ibunya bernama Zainab binti Humaid r.a. 

Kehidupanya
Beliau dilahirkan pada tahun keempat Hijriyah. Setelah ibunya merasa agak segar sehabis melahirkannya, bayi itu dibawanya kehadapan Nabi saw sambil berkata, "Ya Rasulullah ! Lakukanlah Bai'ah kepadanya". Tapi karena masih bayi Nabi saw tidak melakukan bai'ah kepadanya hanya diusapnya kepala bayi itu sambil didu'akanya, untuk mendapat berkat. 

Demikian cundanya Abu Uqail Zuhrah bin Ma'bad bercerita bahwa ia pernah dibawa berjalan oleh datundanya Abdullah bin Hisyam ini ke pasar untuk membeli makanan. Ketika berjumpa dengan Ibnu Umar dan Ibnu Zubair keduanya berkata kepada datundanya, "Ikut sertakanlah kami memakannya, karena Nabi saw telah mendu'akanmu mendapat berkat". 

Beliaulah pula yang menceritakan bahwa para sahabat Nabi saw mempelajari du'a bagaimana mempelajari Al-Quran, bilamana memasuki bulan baru atau tahun baru, "Ya Tuhan masukanlah kami ke dalam lingkungan bulan atau tahun baru ini dengan rasa aman, penuh iman, mendapat keselamatan dan damai, mendapat perlindungan-Mu dari pada gangguan syaitan dan mendapat keridhaan daripada-Mu yang bersifat pengasih lagi penyayang". 

Tidak ada keterangan bagaimana perjuangan beliau setelah dewasa dalam akhir-akhir zaman khalifah Umar dalam zaman khalifah-khalifah Usman dan Ali, sehingga wafat dalam zaman khalifah Mu'awiah di tempat kediamannya di Madinah. 
Riwayatnya
Beliau mendapat kehormatan dari Allah SWT dengan pengabdian namanya dalam Shahih Bukhari dan kitab-kitab enam yang lainya. Cundanya Abu Uqail Zuhrah bin Ma'badlah yang sering meriwayatkan hadist nabi saw daripadanya. 
Demikianlah semoga Allah SWT memperkenankan kita dapat bertemu muka dan bergaul dengan beliau dalam syurga kelak, amiin ya Rabbal'alamiin. 

Oleh : 
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 
 
Aisyah adalah istri Nabi Shallalahu ‘alaihi Wassalam putri Abu Bakar ash-Shiddiq teman dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih kecil sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam memperistrinya pada tahun 2 H.

Beliau mempelajari bahasa, Syair, ilmu kedokteran, nasab nasab dan hari hari Arab . Berkata Az-Zuhri “ Andaikata ilmu yang dikuasai Aisyah dibandingkan dengan yang dimiliki semua istri Nabi Shallallahu ’alaihi Wassalam dan ilmu seluruh wanita niscaya ilmu Aisyah yang lebih utama”. Urwah mengatakan “ aku tidak pernah melihat seorangpun yang mengerti ilmu kedokteran, syair dan fiqh melebihi Aisyah”.

Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits, diantara keistimewaannya beliau sendiri kadang kadang mengeluarkan beberapa masalah dari sumbernya, berijtihad secara khusus, lalu mencocokannya dengan pendapat pada sahabat yang alim.

Berkenaan dengan keahlian Aisyah, Az-Zarkasyi mengarang sebuah kitab khusus berjudul Al-Ijabah li Iradi mastadrakathu Aisyah ‘ala ash Shahabah.

Hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menyatakan bahwa beliau bersabda “ Ambillah separuh agama kalian dari istriku yang putih ini “, Sesungguhnya hadist ini tidak bersanad. Ibnu Hajar. al-Mizzi, Adz Dzahabi dan Ibnu Katsir menandaskan bahwa hadist itu dusta dan dibuat buat.

Aisyah meriwayatkan hadits dari ayahnya Abu Bakar, dari Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Usaid bin Khudlair dan lain lain. Sedangkan sahabat yang meriwayatkan dari beliau ialah Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Khalid al-Juhniy, Syafiyah binti Syabah dan beberapa yang lain. Tabi’in yang mengutip beliau ialah: Sa’id bin al-Musayyab, alqamah bin Qais, Masruq bin al-Ajda, Aisyah binti Thalhal, Amran binti Abdirrahman, dan Hafshah binti Sirin. Ketiga wanita yang disebutkan terakhir adalah murid murid Aisyah yang utama Ilmu Fiqh.

Sanad yang paling shahih adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id dan Ubaidullah bin Umar bin Hafshin, dari Al Qasim bin Muhammad, dari Aisyah. Juga diriwayatkan oleh az-Zuhri atau Hisyam bin Urwah, dari Urwah bin az-Zubair, dari Aisyah. Yang paling Dlaif adalah yang diriwayatkan oleh al-Harits bin Syabl, dari Umm an Nu’man dari Aisyah. Aisyah wafat pada 57 H, dan Abu Hurairah ikut mensholatkannya.

Disalin dari Biografi Sayyidah Aisyah dalam Al-Ishabah, kitab an-Nis no 701; Thabaqat Ibn Sa’ad 8/39
 
 Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil al-Hudzali. Nama julukannya “ Abu Abdirahman”. Ia sahabat ke enam yang paling dahulu masuk islam.

Ia hijrah ke Habasyah dua kali, dan mengikut semua peperangan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Dalam perang Badar, Ia berhasil membunuh Abu Jahal.

Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda” Ambilah al-Quran dari empat orang: Abdullah, Salim (sahaya Abu Hudzaifah), Muadz bin Jabal dan Ubay bin Ka’ab”. Menurut para ahli hadits, kalau disebutkan “Abdullah” saja, yang dimaksudkan adalah Abdullah bin Mas’ud ini.

Ketikah menjadi Khalifah Umar mengangkatnya menjadi Hakim dan Pengurus kas negara di kufah. Ia simbol bagi ketakwaan, kehati-hatian, dan kesucian diri.

Sanad paling shahih yang bersumber dari padanya ialah yang diriwayatkan oleh Sufyan ats-Tsauri, dari Mansyur bin al-Mu’tamir, dari Ibrahi, dari alqamah. Sedangkan yang paling dlaif adalah yang diriwayatkan oleh Syuraik dari Abi Fazarah dari Abu Said.

Ia meriwayatkan hadits dari Umar dan Sa’ad bin Mu’adz. Yang meriwayatkan hadits darinya adalah Al-Abadillah (“Empat orang yang bernama Abdullah”), Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Musa al-Asy’ari, Alqamah, Masruq, Syuraih al-Qadli, dan beberapa yang lain. Jumlah hadits yang ia riwayatkan mencapai 848 hadits.

Beliau datang ke Medinah dan sakit disana kemudian wafat pada tahun 32 H dan dimakamkan di Baqi, Utsman bin ‘Affan ikut menshalatkannya.